Kamis, 11 September 2014

Aktifitas terbaru Gunung Slamet

SIAGA: Lontaran lava pijar Gunung Slamet dilihat dari Desan Pandansari, Kecamatan Paguyungan, Kecamatan Brebes, 26 Agustus lalu.

Tegal – Aktivitas Gunung Slamet di Jawa Tengah terus meninggi. Meski masih di level tiga (siaga), kondisi gunung tertinggi di Jawa Tengah itu mulai mengkhawatirkan. Selama enam jam terakhir Rabu (10/9), dentuman keras terdengar dari radius 10 kilometer.
Keluarnya sinar api dan lontaran lava pijar juga sudah bisa dilihat mata telanjang. Begitu pula kegempaan, yang sebelumnya gempa didominasi tremor embusan, kini sudah terjadi gempa letusan. Letusan tersebut sudah memuntahkan abu vulkanis dari perut gunung.

Berdasar data yang tercatat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Pulosari, mulai pukul 00.00–06.00 kemarin terjadi 148 kali sinar api dengan ketinggian 100–300 meter dan 76 kali lontaran lava pijar dengan tinggi maksimal 300 meter. Terdengar 63 kali suara dentuman dan 5 kali suara gemuruh. Gempa tremor embusan juga masih terjadi secara terus-menerus disertai gempa letusan asap putih kecokelatan 18 kali.

”Selama 12 jam terakhir terjadi perubahan dari segi kegempaan. Saat ini gempa letusan kembali terlihat dari pos pengamatan,” ungkap Ketua Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan Sudrajat kemarin.
Tanda lainnya, suhu air gunung terpantau naik 1 derajat Celsius. ”Suara dentuman terdengar sangat keras, bahkan sampai kaca rumah saya bergetar. Kalau malam sinar apinya sangat kelihatan dari tempat saya,” ucap Mail, warga Sirampok, Kabupaten Brebes, yang sedang berkunjung ke pos pengamatan.
Bukan hanya kondisi gunung yang terus memanas. Kawasan sekitar Gunung Slamet juga menunjukkan tanda-tanda gunung akan meletus.

 Sebagaimana yang terjadi di Desa Begawat, Kecamatan Bumijawa, yang terletak hanya 10–12 kilometer dari lereng Slamet. Banyak hewan liar yang turun ke kampung tersebut.
”Sejak satu minggu lalu banyak hewan liar yang berkeliaran di desa kami,” kata Kepala Desa Begawat Makmun kemarin. Hewan yang turun gunung itu antara lain babi hutan, anjing hutan, dan macan jawa. Hewan-hewan tersebut terlihat berkeliaran di semak-semak lereng Slamet hingga di kebun milik warga.
Menurut Makmun, kali pertama yang menyaksikan hewan liar itu adalah seorang warga Desa Dukuhbenda yang tengah mencari rumput di sekitar kebun teh. Melihat hewan liar tersebut, warga bergegas menjauh dan berlari menyelamatkan diri. ”Hingga hari ini (kemarin) hewan itu tidak merusak permukiman warga. Mereka justru lari kalau melihat orang,” ujarnya.

Bahkan, sejak dua hari terakhir warga yang tinggal di sekitar lereng Slamet merasakan turunnya hujan abu. Sekretaris Desa Igirklanceng Sirodin menyampaikan, beberapa hari terakhir ini hujan abu melanda desanya. ”Hujan abu tipis dirasakan hingga desa kami,” kata Sirodin.
Kendati demikian, hujan abu tipis yang dirasakan tidak sampai mengganggu aktivitas warga karena masih berintensitas rendah dan ringan. ”Warga setempat juga kerap melihat kepulan asap membubung tinggi dari puncak gunung dan jika malam terlihat mengeluarkan cahaya disertai letusan,” kata dia.

Namun, meski tanda-tanda aktivitas Gunung Slamet meningkat, belum ada warga yang diungsikan atau pergi dari rumahnya. Sebab, mereka beranggapan bahwa Gunung Slamet tidak akan meletus.
Hal senada diungkapkan Munif, anggota DPRD Kabupaten Tegal. Munif yang juga warga Desa Dukuhbenda, Kecamatan Bumijawa, mengungkapkan, warga tidak terlihat takut ketika Gunung Slamet menyemburkan lava pijar. Warga justru menunggu fenomena tersebut hingga larut malam. ”Setiap malam selalu ada lava pijar yang keluar dari Gunung Slamet. Getaran dan suara dentuman juga sering kami rasakan,” ucapnya.

Menurut Munif, aktivitas Gunung Slamet akhir-akhir ini meningkat. Namun, tidak ada masyarakat yang panik. Sebab, masyarakat sudah terbiasa dengan aktivitas gunung tersebut. Mereka yakin Gunung Slamet tidak akan meletus. ”Selama namanya masih Slamet, insya Allah gunung itu tidak akan meletus,” candanya.
Pengamat gunung api di pos Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi mengatakan bahwa status Slamet hingga kini masih siaga atau dua level di atas normal. ”Kami mengimbau warga tetap tenang dan jangan beraktivitas di radius 4 kilometer dari puncak,” tutur Sukedi.
Dari pengamatan di pos Gambuhan, Sukedi mengatakan bahwa aktivitas vulkanis Gunung Slamet masih cukup tinggi. ”Suara dentuman masih sering terdengar. Dari pukul 00.00 sampai 06.00 terjadi 76 kali lontaran lava pijar dengan ketinggian 50 sampai 300 meter. Sinar api terlihat 148 kali dengan ketinggian 100 hingga 300 meter,” ujarnya.

Sumber : Jawapos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar